Main Cast : Choi Min Ho & Kim Min Di (me, author)
Other Cast : Kim Jong Hyun & Kim Chae Won (Tya) *ChaeJong~pinjem namanyaya~~wkwkwkwkw
warning: NC-17
Min Di berdiri di depan rumah bercat putih itu. Seperti yang di bilang Min Ho rumah itu tidak terlalu besar tapi nyaman, di depannya terdapat taman kecil yang tedapat berbagai macam bunga. Rumah itu juga memiliki pagar dari kayu yang di cat putih dan di selubungi sulur-sulur tanaman.
Ia masuk ke rumah itu. Dalamnya masih kotor dan segala perabotannya masih tertutup kain putih. Mata Min Di menjelajahi isi rumah itu. “Bagus juga, ternyata ia pintar juga memilih rumah.” Gumamnya.
Ia mengambil ponselnya dari sakunya dan membaca pesan yang diterimanya 10 menit yang lalu.
Yeobo, mian aku tidak bisa membantumu membereskan rumah baru kita.
Aku harus keluar kota karena ada kerjaan.
Sekali lagi aku minta maaf ya yeobo...
Saranghaeyo,
From: Nae jagiya~
“Aish! Dasar pabo! Kenapa kau malah menyuruhku membereskan rumah ini sendirian! Kau memang kejam Choi Min Ho!!”
“Permisi....” ucap seseorang.
Min Di langsung menoleh dan menghampiri ke pintu masuk. “Jong Hyun?”
“Annyeong Min Di. Min Ho menyuruhku membantumu membereskan rumah baru kalian. Aku bawa istriku, tidak apa-apa kan?”
“Annyeong Min Di.”
“Ah, annyeong Chae Won. Hah, dia memang menyusahkan.”
Akhirnya mereka bertiga membereskan rumah itu.
“Maaf ya Jong Hyun, Chae Won, gara-gara Min Ho kalian jadi harus kerja seperti ini.”
“Gwenchana, kami tidak apa-apa kok. Ya kan jagi?” tanya Jong Hyun ke Chae Won.
“Ne, kami senang kok membantu kalian. Kan kita sudah lama mengenal.”
“Sekali lagi maaf ya...”
Setelah sekitar 2 jam, rumah itu bersih dan rapi juga.
Mereka bertiga duduk di sofa ungu muda itu sambil meminum jus kalengan.
“Min Ho memang pabo! Malah membuat orang susah saja!” gerutu Min Di.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Nothing can stop me from loving you you you
Nae jagiya~
Calling.
“Yoboseo!” ucapnya sedikit ketus.
“Aigo...yeobo, kau marah ya padaku?”
“IYA! UNTUK APA KAU TANYA LAGI!!!”
“Ck, kan tadi aku sudah bilang apa alasannya. Bukannya aku tidak mau membantumu, tapi aku ada kerjaan mendadak.”
“Kenapa kau tidak tolak saja!”
“Kau mau aku di pecat ya Kim Min Di!”
“Aish! Kau memang menyebalkan Choi Min Ho!”
“Hah...sudahlah yeobo, aku lelah. Aku sudah di perjalanan kok, sebentar lagi aku sampai, jadi kau tidak usah marah terus seperti itu.”
“Aku sebal padamu! Sudah cepat pulang! Aku takut sendirian di rumah baru ini. Jong Hyun dan Chae Won kan harus pulang, memangnya mereka mau menginap di sini apa?”
“Iya yeobo, sabar. Sudah dulu ya, annyeong.”
KLIK.
Jong Hyun terkekeh.
“Kau kenapa Kim Jong Hyun?!”
“Ya kau itu lucu sekali. Kenapa kau senang sekali sih bertengkar dengan jagiya-mu itu?”
“Ah diam kau! Dia memang menyebalkan!”
“Ya Nyonya Choi, seharusnya kau bersikap lebih manis pada nampyon tercintamu itu. Kalau nanti dia mencari wanita lain bagaimana?”
“Jjongie!” ucap Chae Won sambil menyikut suaminya.
“Akan kubunuh dia! Apalagi wanita itu! Aku pastikan hidupnya tidak akan bahagia karena sudah bermain-main dengan suamiku!”
“Omo...kau seram sekali sih Nyonya Choi?”
“YA! BERHENTI MEMANGGILKU NYONYA CHOI!”
“Lho? Kan kau memang Nyonya Choi, kan kau istrinya Min Ho, dan marga nampyon-mu itu kan Choi.”
“Ah sudahlah. Aku lelah berdebat denganmu!”
“Mian ya Min Di, Jong Hyun memang suka usil.” Ujar Chae Won.
“Ya, apa kau tahu kalau aku sangat mencintainya? Bahkan aku tidak memperdulikan omongan Appa-ku, aku tidak perduli kalau ia tidak menyukai hubunganku dan Min Ho. Aku tetap saja berhubungan dengannya.”
“Aku tahu kok, Min Ho pernah bilang padaku.” Jawab Jong Hyun.
“Kau tahu kan seperti apa sulitnya hubungan kami berdua selama 4 tahun?”
Jong Hyun mengangguk. “Kau sepertinya sangat mencintainya. Sebenarnya apa yang membuatmu rela bertengkar dengan Appa-mu dan lebih memilih Min Ho?”
“Min Ho itu....ia seperti oksigen yang tiap detik aku hirup. Aku benar-benar sudah tergantung padanya. Kurasa aku tidak akan bisa hidup tanpanya. Aku bisa mati kalau tidak ada di dekatnya. Aku benar-benar mencintainya, aku tidak mau kehilangan dia...”
“Ternyata kau memang sangat mencintainya ya? Anak itu beruntung ya punya istri sepertimu yang begitu mencintainya.”
Min Di tersenyum. “Tapi aku suka berbuat kasar padanya. Aku juga suka bertengkar dengannya. Entah kenapa tiap hari ada saja yang kami ributkan, padahal cuma hal sepele saja.”
“Itu biasa kok, aku dan Jong Hyun juga suka bertengkar.”
“Yeobo, aku pulang....”
Min Di langsung berdiri dan menghampiri Min Ho. “Kenapa kau baru datang?”
“Mian yeobo. Jong Hyun, Chae Won gomawoyo sudah membantu kami.”
“Chonmaneyo, kita kan berteman, jadi memang harus saling membantu kan?”
Mereka tersenyum.
“Sepertinya sudah malam, lagi pula jagiya-nya Min Di sudah datang. Kami pulang dulu ya.” Ujar Jong Hyun.
“Ne, sekali lagi gomawoyo Jong Hyun dan Chae Won.” Ucap Min Ho sambil membungkukkan tubuhnya.
Mereka berdua masuk ke kamar utama di rumah itu. Min Ho langsung membaringkan tubuhnya di kasur yang sudah di rapikan oleh Min Di tadi.
“Haaah~~~~”
Min Di manyun-manyun dan duduk di ranjang itu, di sebelah Min Ho. “Um..Min Ho,”
“Hmm...”
“Um...sebenarnya aku sebal padamu, tapi...gomawo sudah membelikan rumah ini untukku. Aku suka kok.”
“....”
Kok tidak ada balasan sih?
“Jagiya...Min Ho...”
Akhirnya Min Di berbalik. Ternyata Min Ho sudah tertidur pulas.
“Pantas saja dia tidak menjawabku! Tidak tahunya dia tidur! Aish!” ucapnya sambil mengepalkan tangan di udara.
Sebenarnya yeoja itu ingin melemparkan bantal ke wajah suaminya yang tampan tapi sedikit menyebalkan itu. Tapi kelihatanya namja itu benar-benar lelah, ia jadi mengurungkan niatnya dan malah ikut tidur di sebelah Min Ho.
Keesokan paginya...
Min Di membuka matanya perlahan. Ia masih merasa asing dengan kamar baru ini. Suasana, tata letak, warna dan bahkan bau kamar ini sangat berbeda dari kamarnya di apartemen dulu.
Ia duduk sambil mengucek matanya. Rambutnya berantakan. Ia celingak-celinguk. “Min Ho mana? Masa ia sudah kerja sih tanpa pamit padaku?” akhirnya ia berjalan keluar kamarnya. Saat berjalan ia mencium aroma makanan, ia pun berjalan ke ruang makan. Di meja makan itu sudah terdapat roti dengan selai strawberi yang berbentuk hati dan segelas susu coklat hangat.
Min Di menggaruk tengkuk lehernya, kebingugan.
“Oh kau sudah bangun ya yeobo?” ucap Min Ho yang baru selesai mandi.
“Ini..kau yang buat?” tanya Min Di sambil menunjuk meja makan.
Namja itu mengangguk dan tersenyum. “Aku tahu kemarin kau pasti lelah membereskan rumah ini. Maaf ya aku tidak membantumu.” Ucapnya lalu mengecup pipi Min Di mesra.
Yeoja itu menutup sebelah matanya. “Iya..aku maafkan kau. Hah..kenapa kau pakai cara seperti ini sih? Mana bisa aku marah kalau begini?”
Min Ho tersenyum. “Memang kau bisa marah padaku yeobo?”
“Um...entahlah.” jawabnya sambil mengangkat bahu dan tersenyum.
+++
Akhir-akhir ini Min Ho makin sibuk dengan kerjaannya. Hampir tiap hari ia pulang tengah malam, dan pagi-pagi sudah berangkat.
Min Di mulai merasa kesal dengan kelakuan nampyon-nya itu. Apalagi mereka baru pindah di rumah baru. Yeoja itu sebenarnya takut kalau harus di tinggal seperti ini di rumah barunya, tapi mau bagaimana lagi? Min Ho selalu bilang itu semua juga deminya, demi anak mereka nantinya.
Seperti pagi ini, saat Min Di bangun di sebelahnya sudah tidak ada siapa-siapa. Di sisi mejanya terdapat kertas memo kecil berwarna pink yang bertuliskan:
Yeobo aku harus pergi pagi-pagi, karena ada kerjaan.
Maaf aku tidak pamit padamu dulu.
Sarang.
Jagiya-mu, Min Ho
Min Di menghempaskan tubuhnya lagi di ranjang dan menutup kedua wajahnya. “MIN HO PABO!!! AKU KESAL PADAMU!!!”
Saat melihat laptop milik suaminya itu, terbersit rasa ingin membanting benda yang di anggap Min Ho sangat berharga itu. Tapi karena memikirkan akibatnya, akhirnya Min Di mengurungkan niatnya.
Ia akan di damprat oleh Min Ho selama 7 hari 7 malam. Dan pastinya ia akan menangis selama itu, karena Min Di paling tidak tahan kalau sedang bertengkar dengan Min Ho. Pasti ia menangis semalam suntuk.
Itu masih di hari pertama. Hari-hari berikutnya malah Min Ho sama sekali tidak pamit pada Min Di. Ia pergi begitu saja tanpa menulis memo atau mengirim pesan pada yeoja itu.
Amarah Min Di sudah mulai memuncah. Emosinya mulai tak terkontrol. Ia mengambil ponselnya dengan kasar dan memcencet nomor 1 pada keypad ponselnya itu. Sambungan cepat ke Min Ho.
Nothing can stop me from loving you you you
Nae yeoboya
Calling
Melihat ada telepon masuk, Min Ho yang sedang mengendarai mobil langsung memasang headseat-nya.
“Yeoboseo.”
“Ya, kenapa kau tidak bilang padaku kalau mau pergi pagi-pagi lagi?”
“Aku lupa.”
“Hanya itu? Min Ho kau makin hari makin menyebalkan ya.”
“Min Di apa bisa kau telepon aku nanti saja? Aku sedang mengendarai mobil.”
Min Di mendengus. “Ya, kau lupa ya aku siapamu? Aku istrimu Min Ho. ISTRIMU! Kau belum lupa kan siapa aku?!”
“Min Di kumohon jangan bersikap seperti anak kecil. Jangan cuma karena masalah kecil kau marah padaku. Aku benar-benar tidak punya mood untuk bertengkar denganmu saat ini. Aku sedang pusing.”
“Oh, baiklah kalau begitu. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Selamat pagi Tuan Choi!”
KLIK.
Min Di memutuskan sambungan telepon itu dengan kasar. Ia mendengus dan membanting ponselnya ke sofa.
“Kau benar-benar mengajak ribut ya ternyata!” ucapnya menatap ke ponselnya.
Di mobilnya Min Ho langsung menghela nafas dan melepaskan headseat-nya. “Mian Min Di...mianhe, aku tahu aku pasti marah padaku. Tapi aku benar-benar sedang pusing dengan kerjaanku. Maaf kalau aku membuatmu kesal...”
+++
Nothing can stop me from loving you you you
“Yeoboseo.” Jawab Min Di malas.
“Min Di ini aku, Chae Won.”
“Oh kau. Wae Chae Won?”
“Min Di kau..kau jangan panik dulu ya? Kau tenang saja ya?”
“Kau kenapa sih Chae Won?”
“Aku..aku..aku mau memberitahumu...”
“Memberitahu apa?”
“Tadi, Jong Hyun bilang Min Ho..Min Ho...ia..ia kecelakan.”
“...”
“Kim Min Di? Kau masih di sana kan?”
BRUK.
“Yeoboseo? Yeoboseo? Min Di? Kau masih di sana kan? Min Di jawab aku??”
Seoul International Hospital.
Min Di membuka matanya perlahan.
“Aigo...syukurlah kau sudah sadar.”
“Chae Won..aku di mana?”
“Kau di rumah sakit. Tadi saat aku kerumahmu kau sudah pingsan karena syok mendengar berita kalau...”
“Min Ho di mana? Aku mau bertemu dengannya...”
“Ia ada di ruang ICU. Masih belum sadarkan diri. Jong Hyun sedang menjaganya di sana.”
“Chae Won aku mau bertemu dengannya.” Min Di pun bersiap berdiri, namun Chae Won mencegahnya.
“Kau masih lemas Min Di. Lebih baik aku beristirahat dulu. Lagipula Min Ho masih pingsan.”
“Tapi...”
“Kim Min Di apa kau tahu kalau kau sedang mengandung?” ucap Chae Won sambil menatap Min Di dingin. “Kau tahu kalau di janinmu ada seorang bayi? Aku harap kau memikirkan nasibnya. Kasihani dia.”
Min Di langsung menutup mulut, diam. Lalu mengangguk pelan. “Aku sudah tahu...”
Mata Chae Won membelalak. “Ja, jadi kau sudah tahu kalau kau sedang hamil?! Aku kaget saat tadi dokter memeriksamu ia bilang kalau kandunganmu tidak apa-apa, ternyata kau sudah hamil 2 bulan. Apa Min Ho tahu soal ini?”
Min Di menggeleng. “Bagaimana dia mau tahu kalau tiap hari aku tidak pernah bertemu dengannya? Ia pergi saat aku belum bangun, dan pulang di saat aku sudah tidur. Aku tidak pernah sempat bicara masalah ini dengannya.”
“Sejak kapan kau tahu kau hamil?”
“2 minggu yang lalu. Aku terlambat datang bulan, lalu saat aku pakai testpack ternayata hasilnya positif. Tapi aku belum ke dokter dan tidak tahu bayi ini sudah berapa lama berada di perutku.” Ucapnya sambil mengelus perutnya.
Chae Won menghela nafasnya. “Kau gila Min Di. Hal sepenting ini suamimu tidak tahu.”
+++
Min Di membuka pintu ruangan itu perlahan. Ia berjalan ke sisi ruangan itu dan berdiri di sana. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan menangis.
“Min Ho...kumohon bangun...aku benar-benar takut...” isaknya.
Namja itu masih tak sadarkan diri. Jong Hyun bilang kakinya retak, tepatnya tulang keringnya.
Min Ho masih memejamkan matanya saat Min Di menarik lalu menggenggam tangannya. Kepalanya di perban, tangan kanannya di infus dan kaki kirinya juga di perban.
Min Di makin sesenggukan menangis. “Mian....semuanya salahku...maaf kalau aku bersikap seperti anak kecil...aku hanya takut kehilanganmu...aku takut kalau harus sendirian tanpamu...mian..mian...”
Akhirnya malam itu namja itu membuka matanya juga. Saat membuka matanya, ia melihat istrinya tertidur di sisinya sambil menggenggam tangannya.
“Min Di~~~” panggilnya lemah.
Min Di langsung terbangun. “Omo, aku sudah sadar ya? Syukurlah...aku benar-benar takut.”
Min Ho tersenyum. “Pabo, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian.” Ucapnya sambil mengelus kepala Min Di pelan.
“Aku benar-benar takut bodoh. Kau pingsan sejak tadi, aku takut kalau kau meninggalkanku...aku tidak akan bisa hidup tanpamu...”
“Aku kan sudah janji padamu kalau tidak akan meninggalkanmu, jadi aku pasti akan menepati janji itu.”
“Kau harus janji lagi. Jangan membuatku takut seperti ini lagi. Lagipula, aku tidak mau anakku nantinya tidak mengenal Appa-nya.”
Min Ho mengeryitkan matanya.
Min Di tersenyum. “Di sini ada anakmu. Anak kita.” Ucapnya sambil meletakkan tangan Min Ho di perutnya.
“K, kau....”
Yeoja itu mengangguk. “Aku hamil. Sudah 2 bulan, dan ini anak kita.”
“Min Di kau...” Min Ho langsung tersenyum sumringah. “Kau serius kan yeobo? Kau benar-benar hamil kan?”
“Untuk apa aku membohongimu.”
“Aigo...akhirnya aku bisa menjadi seorang Appa juga.” Ujarnya bahagia.
“Makanya kau jangan pernah tinggalkan aku dan dia ya?”
“Aku janji yeobo, aku tidak akan meninggalkan kalian. Maaf kalau akhir-akhir ini aku kurang perhatian padamu.”
“Gwenchanayo. Aku juga mau minta maaf kalau aku teralu egois.”
Mereka berdua tersenyum di ruang bercat putih itu. Di salah satu tempat yang paling Min Di benci. Tapi kali ini ia tidak memikirkan masalah itu. Yang ada di otakknya hanya nampyon tercintanya itu dan calon anak mereka yang sedang berada di janinnya.
“Yeobo, saranghaeyo...” ucap Min Ho pelan.
Wajah Min Di memerah. Lalu ia tersenyum. “Na do. Saranghaeyo jagiya...” lalu ia berdiri dari kursinya dan mengecup bibir suaminya yang terbaring di ranjang rumah sakit itu dengan mesra.
FIN