Hello, SHINee World in here~~ ^o^

Sabtu, 03 April 2010

(FF SHINee) Noona Saranghae part 2 (End)

Main Cast :
Kim Min Di (author)
Lee Tae Min SHINee

Other cast :
Lee Jin Ki / Onew SHINee
Choi Min Ho SHINee
Kim Jong Hyun SHINee
Kim Ki Bum / Key SHINee

Inspiration : Replay (Noona Neomu Yeppeo) Song. ^^ v

Tae Min POV.

“Tae Min, pokoknya nilai ujianmu kali ini harus bagus ya? Kalau tidak aku bisa di pecat oleh Omma dan Appa-mu.”
“Mwo? Noo, noona serius?”
“Ne. Kau memang tega padaku?” tanyanya memelas.
“Ne, noona aku akan belajar dengan giat.”

Akhirnya ujianku benar-benar mendapat nilai yang memuaskan. Aku benar-bena giat belajar kali ini. Aku tidak mau Min Di noona harus berhenti mengajarku. Karena kalau begitu nanti aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi.
“Noona! Nilaiku bagus noona! Kita berhasil!”
“Benarkah?” lalu ia menarik kertas yang ada di tanganku. Ia tersenyum dan tiba-tiba memelukku.
“Aigo...Tae Min, aku kan sudah bilang kalau itu memang anak yang pintar, cuma kau hanya sedikit malas saja. Chukae Tae Min-ah.”
Aku hanya terdiam di peluk olehnya. Dadaku terasa sesak dan penuh. Aku benar-benar kaget sekaligus bahagia. Ternyata begini rasanya jatuh cinta? Betapa menyenangkannya. Jantungku sampai mau lompat rasanya sangking senangnya.
“Mi, mianhe Tae Min-ah...” ucap Min Di noona tersipu.
“Gwenchana noona..” ucapku tak kalah malunya.

“Tae Min, sudah sore, aku pulang dulu ya?”
“Ne, noona. Sampai jumpa ya.”

Aku mengantarnya sampai pintu depan. Lalu saat aku lihat di depan pagar ada seorang pria yang sudah menunggunya. Lalu noona tersenyum padanya, sangat manis bahkan. Lalu ia naik ke motor pria itu dan memeluk pinggangnya dengan sangat erat.

Entah kenapa hatiku tiba-tiba rasanya sakit.

Siapa pria itu? Apa ia namjachingu-nya? Pria itu memang tampan dan sangat baik sepertinya. Buktinya ia rela menunggu dan menjemput noona. Kalau begitu, itu artinya kesempatanku sudah tidak ada dong....


Author POV.

Tae Min duduk lesu di sofa itu. Lalu Jong Hyun menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
“Ya, kenapa kau bengong?”
“Ah, kau hyung. Kau baru datang?”
“Ne. Kenapa bibirmu kau majukan seperti itu?”
“Anni hyung. Gwenchanayo.” Ia terdiam sejenak. “Hyung, apa kau tahu bagaimana rasanya jatuh cinta?”
“Mwo? Kau kenapa?”
“Bagaimana rasanya hyung?”
“Hah? Lee Tae Min, kau ini kenapa sebenarnya? Aneh sekali sih?”
“Hyung, lalu kalau sakit hati itu bagaimana rasanya? Apa rasanya seperti mau mati? Apa rasanya jantungmu seperti di tusuk-tusuk hyung?”
Jong Hyun memperhatikan Tae Min dan bengong. Lalu ia tersenyum dan menepuk tangannya. “Aigo...aku baru mengerti. Kau sedang jatuh cinta ya Lee Tae Min! Siapa gadis yang beruntung itu?”
“Guru lesku.”
“MWO! KAU JATUH CINTA PADA GURU LESMU! KAU JATUH CINTA PADA GADIS DEWASA! AIGO TAE MIN-AH...AKU TIDAK MENYANGKA....”
“Hyung bisa tidak kau tidak berteriak? Kau mau aku di bunuh Omma-ku ya?”
“Mi, mianhe....”
“Ia masih berumur 20 tahun hyung. Seumur denganmu, hanya berbeda 3 tahun denganku.”
“Oh.....aku pikir kau menyukai seorang Ajuma.”
“Hah, kau hyung...”
“Siapa namanya?”
“Min Di noona. Kim Min Di.”
“Kim Min Di? Sepertinya aku pernah mendengarnya? Tapi di mana ya?” Jong Hyun berpikir-pikir mengingat. Lalu ia menjentikan jarinya. “Oh iya, aku ingat! Ia kakak sepupunya Ki Bum bukan?”
Tae Min mengangguk. “Tapi sepertinya aku sudah telat.”
“Apa maksudmu?”
“Tadi aku melihat ia di jemput oleh seorang pria, sepertinya namjachingu-nya.”
“Mwo? Oh...iya, gadis itu memang sudah memiliki namjachingu. Temannya Ki Bum juga. Bahkan ia yang membantu mendekati mereka berdua.”
“Jadi benar pria itu namjachingu-nya ya?”
“Orangnya putih, tinggi, rambutnya panjang, matanya besar, hidungnya mancung. Ya kan?”
Tae Min menganggukan kepala.
“Benar. Ia namjachingu-nya, namanya Choi Min Ho. Mereka sudah sekitar setahun berpacaran. Dan mereka teman satu kampus.”
“Oh....kenapa noona tidak bilang padaku ya kalau ia sudah mempunyai namjachingu?” Tae Min tersenyum. “Pabo ya aku? Untuk apa ia bilang padaku? Memang aku ini siapanya?”
“Ya, Tae Min-ah, kau benar-benar menyukai Min Di ya?”
Tae Min mengangguk. “Ia gadis yang sangat baik hyung. Ia sangat sabar dan manis. Aku menyukainya.”
Jong Hyun menepuk pundak Tae Min. “Sabar ya Tae Min. Aku ikut prihatin padamu.”
Tae Min tersenyum. “Aku tidak apa-apa kok hyung.”

Saat di kamarnya Tae Min memandangi dirinya di cermin. Ia mendesah dan berguman sendiri.
“Hah, bagaimana noona bisa menyukaiku? Aku ini kan hanya seorang anak SMA biasa? Wajahku tidak setampan hyung tadi, badanku juga sangat kurus. Orang-orang juga selalu bilang kalu aku ini seperti anak kecil. Mereka bahkan bilang kalau wajahku manis seperti anak perempuan. Aku memang bukan tandinganya.”


Tae Min POV.

Hari minggu ini kami berjanji bertemu di taman bermain. Saat aku lihat, ia datang berdua dengan seseorang. Dan tak lain orang itu adalah namjachingu-nya Min Di noona. Choi Min Ho hyung.
“Annyong Tae Min. Mian aku baru datang. Oh iya, kenalkan ini Min Ho.”
“Annyong, Choi Min Ho imnida.”
“Naneun Tae Min.”
“Um...Tae Min, tidak apa-apa kan aku mengajaknya?”
Aku tersenyum kecut. “Noona, apa kita bisa bicara sebentar?”

“Ada apa?” tanyanya saat kami sudah agak jauh dari Min Ho hyung.
“Pria itu siapamu sebenarnya?”
“Mwo? Oh, dia, dia namjachingu-ku. Maaf ya aku mengajaknya, kemarin ia menang tanding sepak bola. Dan sebenarnya ia ingin mentraktirku, tapi karena aku ada janji denganmu jadi ya dia aku ajak saja. Tidak apa-apa kan?”
Aku tersenyum kecut dan terpaksa lalu menganggukkan kepalaku dengan sangat susah dan berat.

Kami bermain sepuasnya di taman bermain. Sebenarnya aku agak kecewa noona membawa namjachingu-nya. Padahal aku sudah merencanakan akan menyatakan cintaku padanya. Tapi kalau hyung itu ada di sini bagaimana aku bisa mengatakannya? Bisa-bisa kalau ia kesal ia akan menghajarku habis-habisan lagi!

Kami bertiga duduk di bangku panjang. Lalu Min Ho hyung pergi ke kamar mandi. Cuma tinggal aku bedua dengan noona.
“Um...noona, aku, aku, sebenarnya ingin....” ucapku terbata-bata. “ingin, ingin mengatakan sesuatu padamu.”
“Mwo?”
Aigo...kenapa jantungku rasanya seperti mau copot ya? Aku jadi takut mengatakan hal ini. Padahal sudah semalamam aku berlatih menyatakannya.
“Ya Tae Min-ah, kau mau bicara apa sebenarnya?”
“Hah, oh iya itu, ini, aku, aku, aku menyukaimu!” ujarku cepat.
“M, MWO! Kau se, serius?” ia terlihat kaget.
Aku menganggukkan kepalaku. Wajahku terasa panas.
“Tae, Tae Min-ah, kau, kau tahu kan aku sudah mempunyai namjachingu?”
Aku mengangguk. “Aku tahu, tapi aku sudah tidak tahan lagi untuk mengatakannya padamu. Aku sudah tidak sanggup menahannya.”
“Mi, mianhe Tae Min-ah....aku tidak bisa membalas perasaanmu....”
Aku mencoba tegar dan tetap memberikannya senyuman. “Tidak apa-apa noona. Aku sudah tahu kok. yang penting aku sudah jujur padamu.”
“Mianhe....”
“Tidak apa-apa. Um...tapi kau masih mau menjadi temanku kan?”
“Tentu saja. Aku mau kok menjadi noona-mu.” Ucapnya sambil tersenyum dan mengelus kepalaku.

Min Di POV.

“Ya Min Di, kau yakin mengajakku?” tanya Min Ho.
“Mwo? Memang kenapa?”
“Yah...nanti anak itu merasa kesal lagi kau mengajak aku. Kan ia tidak mengenalku.”
“Ah diam saja kau. Aku yang akan menjelaskannya padanya nanti.”

Sampai taman bermain kami berdua langsung menghampiri Tae Min. Anak itu terlihat sangat berbeda hari ini. Ia mengenakan jaket kotak-kotak, kaus putih dan celana jins hitam robek-robek. Kalau aku boleh bilang, ia jadi terlihat lebih dewasa.
“Annyong Tae Min. Mian aku baru datang. Oh iya, kenalkan ini Min Ho.” Ucapku sambil menganggukkan kepala.
“Annyong, Choi Min Ho imnida.”
“Naneun Tae Min.”
“Um...Tae Min, tidak apa-apa kan aku mengajaknya?”
“Noona, apa kita bisa bicara sebentar?”

“Ada apa?”
“Pria itu siapamu sebenarnya?” tanyanya dingin.
“Mwo? Oh, dia, dia namjachingu-ku. Maaf ya aku mengajaknya, kemarin ia menang tanding sepak bola. Dan sebenarnya ia ingin mentraktirku, tapi karena aku ada janji denganmu jadi ya dia aku ajak saja. Tidak apa-apa kan?”
Ia tersenyum.
Sebenarnya aku juga jadi merasa bersalah padanya. Sepertinya ia tidak menyukai keberadaan Min Ho. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa menolak ajakan Min Ho. Tapi aku sudah terlanjur berjanji dengan Tae Min juga. Makanya aku satukan saja.

“Um...noona, aku, aku, sebenarnya ingin....ingin, ingin mengatakan sesuatu padamu.”
“Mwo?”
Anak itu malah terdiam sambil memainkan jari-jarinya.
“Ya Tae Min-ah, kau mau bicara apa sebenarnya?” aku mulai penasaran.
“Hah, oh iya itu, ini, aku, aku, aku menyukaimu!”
Mataku langsung terbelalak. Jantungku rasanya berhenti berdetak sangking kagetnya. “M, MWO! Kau se, serius?”
Ia menganggukkan kepalanya.
“Tae, Tae Min-ah, kau, kau tahu kan aku sudah mempunyai namjachingu?” ucapku pelan.
Ia mengangguk. “Aku tahu, tapi aku sudah tidak tahan lagi untuk mengatakannya padamu. Aku sudah tidak sanggup menahannya.”
“Mi, mianhe Tae Min-ah....aku tidak bisa membalas perasaanmu....”
“Tidak apa-apa noona. Aku sudah tahu kok. yang penting aku sudah jujur padamu.”
“Mianhe....”
“Tidak apa-apa. Um...tapi kau masih mau menjadi temanku kan?”
“Tentu saja. Aku mau kok menjadi noona-mu.” Ucapku sambil tersenyum dan mengelus kepalanya. Ia benar-benar menggemaskan.

“Gomawo noona sudah mau menemaniku.”
Aku mengangguk dan tersenyum. “Ne.” Lalu aku mencium pipinya. “Annyong Tae Min-ah.”
Anak itu kelihatan salah tingkah dan wajahnya memerah.


“Ya, kenapa tadi kau menciumnya?” tanya Min Ho saat sudah sampai rumahku.
Aku tersenyum. “Ia ternyata menyukaiku. Tadi ia menyatakan perasaannya padaku.”
“Aku sudah tahu.”
“Mwo?”
“Ne, terlihat dari tatapan matanya dan perilakunya padamu. Sangat manis dan sopan. Dan sepertinya ia sangat membenciku, karena sudah merebut kau lebih dulu.”
Aku tersenyum. “Ia anak yang manis dan lucu kan Min Ho? Kalau ia seorang boneka pasti aku akan memajangnya di kamarku dan selalu aku pandangi.”
Min Ho tertawa kecil. “Ya, kalau begitu kenapa tidak kau anggap aku saja bonekamu? Aku mau kok.”
“Aku yang tidak mau!”
“Waeyo?” tanyanya penasaran.
“Karena kau bukan bonekaku. Tapi pangeranku.”
Lalu ia mencium pipiku. “Saranghae tuan puti.”
“Na do. Aku juga mencintaimu pangeranku. Sangat malah.”
“Ya, kalau aku pangeran, yang tepat aku ini pangeran apa?”
“Um...” aku meletakan jari di daguku. “Pangeran katak.”
Ia langsung mengerucutkan bibirnya. Aku tidak tahan untuk tidak tertawa. “Mianhe Min Ho, aku kan hanya bercanda.”
“Mau-maunya kau menjadi tuan putri seorang pangeran katak. Kalau begitu kenapa kau tidak memilih anak manis itu saja?”
“Ya, kau ini cepat sekali marah sih. Kan aku hanya bercanda. Tae Min terlalu muda dan manis untukku. Makanya aku memilihmu, lagipula katak ini sangat tampan dan baik kok. Jadi aku memilihnya.”
Ia tersenyum dan mengelus kepalaku.

Author POV.

Sepulang dari taman bermain Tae Min masih saja tersenyum tidak jelas sambil memegangi pipinya. Jin Ki sampai keheranan melihat kelakuan adiknya.
“Ya, kau ini kenapa? Senyum-senyum dan terus memegangi pipimu?”
Tae Min menggeleng dan salah tingkah. “Ah, anni hyung, gwenchanayo..hehe...”

Seminggu kemudian.

“Kenapa noona tidak pernah datang lagi ya? apa ia marah karena aku menyatakan perasaanku waktu itu ya? tapi kalau marah kenapa ia mencium pipiku? Lagipula ia kan juga sudah berjanji masih mau menjadi temanku?” gumam Tae Min.

Jin Ki langsung masuk ke kamar dan menaruh tasnya di meja belajar, lalu menghampiri Tae Min yang sedang duduk di ranjangnya.
“Ini, ada titipan untukmu.” Ucap Jin Ki sambil menyerahkan sepucuk surat.
“Mwo? Apa ini? Dari siapa?”
“Dari Min Di. Katanya untukmu.”
Tae Min langsung mengambil surat itu dan membacanya.


Tae Min, mianhe

Mian kalau aku tidak memberitahumu kalau mulai sekarang aku sudah tidak menjadi guru lesmu lagi. Lagipula nilaimu kan sekarang sudah bagus-bagus. Jadi kau kan sudah tidak membutuhkanku lagi.

Mian, bukan maksudnya aku mau menghindar darimu. Aku makin sibuk dengan kegiatan kampusku. Makanya aku memutuskan untuk berhenti mengajarmu.

Aku tidak pernah marah dan membencimu kok. Malah aku sangat menyanyangimu. Kau itu anak yang baik dan manis. Seperti boneka ^^

Mian Tae Min-ah aku tidak bisa menerima perasaanmu. Bukannya karena aku tidak suka padamu atau apa, tapi kau kan tahu aku sudah mempunyai Min Ho. Dan aku sangat mencintainya. Makanya aku tidak mau melukainya.

Tapi aku masih mau menjadi noona-mu kok. Aku akan selalu ada setiap kau butuh aku.

Cinta itu kan tidak harus memiliki, jadi hubungan kita cukup sebatas noona dan dongsaeng-nya saja ya?

Bagaimana? Kau setuju kan?

Aku harap kau mau dan bisa menerima keputusan ini. Kau pria yang baik, aku yakin kau akan mendapat gadis yang lebih dari aku suatu saat nanti.

Asal kau tahu ya, kalau aku belum mempunyai namjachingu, mungkin aku akan menerima perasaanmu...hehehe...^^

Aku menyanyangimu Lee Tae Min...

Kim Min Di


Mata Tae Min agak berair saat selesai membaca surat itu. Ia sedih sekaligus senang dengan apa yang di tulis Min Di untuknya.

“Mungkin noona benar, kalau cinta itu tidak harus memiliki. Mungkin aku memang tidak bisa memilikinya sebagai yojachingu-ku, tapi aku masih bisa memiliki dia sebagai noona-ku. Noona-ku yang paling baik dan manis. Saranghae Kim Min Di noona...”



FIN

4 komentar:

  1. Keren...!!! (y)
    Tapi kasihan bgt si Taemin gk diterima,, ckckck,, wkwkwk...

    BalasHapus
  2. annyeong~ :D
    gomawo udah mampir ke blog ku ^^

    hehhe..iya soalnya mindi lebih cinta sama minho..
    wkwkwkkw
    lagian taemin masih terlalu muda buat dy :)

    BalasHapus
  3. garela taemin digituin cewek -_-; tapi bagus sih storynya hahahah hwaiting taeminnie :"p

    BalasHapus