Hello, SHINee World in here~~ ^o^

Senin, 29 Maret 2010

(FF SHINee) Noona Saranghae part 1


Noona Saranghae

Main Cast :
Kim Min Di (author)
Lee Tae Min SHINee

Other cast :
Lee Jin Ki / Onew SHINee
Choi Min Ho SHINee
Kim Jong Hyun SHINee
Kim Ki Bum / Key SHINee

Inspiration : Replay (Noona Neomu Yeppeo) Song. ^^ v

Tae Min POV.

“Lee Tae Min! Apa-apaan ini! Kenapa nilai-nilaimu seperti ini! Kenapa kau tidak bisa seperti hyung-mu sih! Ia selalu mendapat nilai yang bagus! Seharusnya kau mencontohnya!”
Aku mengerucutkan bibirku. “Kenapa sih Appa selalu membanding-bandingkan aku dengan Jin Ki hyung! Aku tahu kalau ia sangat pintar! Bahkan ia selalu mendapat peringkat 2 dulu waktu di sekolah. Bahkan sekarang di kampusnya ia juga menjadi salah satu mahasiswa yang paling pintar di kampusnya. Tapi sayangnya aku memang tidak sepintar dia!”
“Lee Tae Min, jaga bicaramu! Aku ini Appa-mu! Seharusnya kau rajin belajar seperti Jin Ki. Bukannya hanya main-main terus. Kau ingat sekarang kau sudah kelas 3 SMA. Sebentar lagi kau akan masuk universitas. Seharusnya kau makin giat belajar.”
“Aku tahu Appa. Tapi memang aku lemah di bahasa Inggris. Semuanya tidak ada yang mau mengajariku. Bagaimana nilaiku bisa bagus?”
Appa menghela nafasnya. “Jin Ki, kalau begitu kau mulai sekarang harus mengajarkan anak ini, kan bahasa Inggis-mu lumayan bagus.”
“Mwo? Aku? Appa, kau kan tahu aku sudah semester akhir, mana aku ada waktu untuk mengajari Tae Min?”
“Lalu bagaimana? Kalau terus-terusan seperti ini bisa-bisa anak ini tidak lulus SMA!”
“Um...bagaimana kalau kita carikan dia guru les privat saja?” usul Jin Ki hyung.
“Iya, Omma juga setuju. Jin Ki kan sedang sibuk dengan kuliahnya, lebih baik Tae Min di panggilkan guru les saja.”

Aku membanting tubuhku ke ranjang, lalu Jin Ki hyung duduk di sebelahku.
“Ya, kau jangan terus cemberut seperti itu.” Ujarnya.
“Aku kesal hyung. Kenapa sih Appa selalu membanding-bandingkan aku denganmu? Aku tahu kalau aku tidak sepintar kau! Tapi kenapa sih ia selalu berskap seperti itu?”
“Ya, Appa itu ingin kau menjadi anak yang pintar dan nilaimu bagus-bagus. Sebenarnya niatnya baik kok.”
“Tapi hyung aku kan juga jadi kesal selalu di banding-bandingkan!”
“Hah, ya sudahlah lupkan saja. Kau mau kan aku carikan guru les privat?”
“Memangnya mesti apa hyung?”
“Tentu saja. Kau memang mau tidak lulus SMA?”
Aku menggelengkan kepalaku.

“Tae Min, aku sudah mendapat guru yang akan mengajarimu. Nanti sore ia akan datang ke rumah mengajarmu. Sepulang sekolah kau langsung pulang kerumah ya.” Ujar Jin Ki hyung tadi saat di telepon.
Aku mengehela nafasku. Rasanya aku ingin tidak pulang kerumah saja. Aku bosan berada di rumah. Apalagi aku harus les. Hah, betapa malangnya nasibku.

Begitu sekolah usai, aku pulang dengan ogah-ogahan. Di halte bis aku hanya duduk sambil mendengarkan MP3-ku saja. Aku malas menaiki bis yang melewati rumahku. Setelah mulai bosan aku baru pulang.

Sampai rumah Omma langsung menyambutku dengan ocehannya.
“Aigo Tae Min-ah...kau dari mana saja sih? Kenapa baru pulang sekarang? Kasihan guru les-mu sudah menunggu dari tadi. Sudah sana cepat ganti bajumu lalu temui dia di ruang tengah.”
“Omma...apa aku harus les?”
“Kau bicara apa sih? Tentu saja. Memangnya kau mau Appa marah lagi? Ayolah Tae Min, Omma juga sedih melihatmu terus di marahi seperti itu. Sekali-sekali kau menurutinya bisa kan?”

Aku langsung naik ke kamarku di lantai 2. Begitu sampai sana aku langsung melempar tasku dan mengganti seragam.
“Aigo...bagaimana kalau guru itu galak? Ah, aku bisa habis olehnya. Matilah aku...”

Aku berjalan gontai ke ruang tengah. Sampai sana aku melihat seorang wanita sedang duduk sambil membolak-balik buku bahasa Inggris.
“Permisi, aku Tae Min. Maaf sudah membuatmu menunggu.” Ucapku lemah.
Lalu wanita itu menaruh bukunya di meja dan membalikkan badannya menghadap ke arahku.
“Oh, kau sudah pulang. Annyong, naneun Kim Min Di imnida. Aku guru lesmu.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Na, naneun Lee Tae Min imnida.”
“Jadi kau yang akan aku ajari ya?”
Aku mengangguk.
“Kau adiknya Jin Ki oppa ya?”
Aku kembali mengangguk.
“Aku temannya. Lebih tepatnya hoobae-nya di kampus.”
“Oh...” lalu aku duduk di depannya.
“Nah, apa bisa kita mulai sekarang?” tanyanya.
“Hm.”
“Baiklah. Um..apa yang mau kau pelajari pertama kali?”
“Mwo?”
“Ne, apa yang ingin kau tanya padaku. Apa kau ada tugas sekolah? Siapa tahu aku bisa membantumu. Jin Ki oppa bilang kau lemah di bahasa Inggris ya? Ya..walaupun aku tidak terlalu pintar tapi orang-orang bilang bahasa Inggris-ku lumayan kok. Makanya Oppa menyuruhku mengajarimu.”
“Oh...jadi Sonsaengnim sudah tahu ya? Aku memang payah kan? Padahal hyung-ku sangat pintar. Tapi dongsaeng-nya pabo.”
“Ya, tidak ada orang yang pabo di dunia ini. Yang ada hanya orang yang malas dan rajin. Mungkin kau kurang rajin, makanya seperti ini.”
“Tapi aku memang pabo Sonsaengnim, teman-temanku saja heran kenapa aku tidak sepintar hyung-ku itu.”
“Ya Tae Min-ssi. Apa bisa kau berhenti memanggilku Sonsaengnim? Aku berasa sudah sangat tua. Aku seumuran hyung-mu, hanya lebih muda setahun. Dan kalau kau sekarang kelas 3 SMA Berarti kita hanya berbeda 3 tahun.”
“Mwo? Lalu aku harus memanggilmu apa Sonsaengnim?” aku menutup mulutku dengan tangan. “Mianhe...”
“Tidak apa-apa. Um..panggil aku noona saja bagaimana? Min Di noona.”
“Min, Min Di noona?”
“Ne. Setuju kan?”
Aku mengangguk.
Memang iya sih, ia kelihatan masih muda, dari pakaiannya saja jelas terlihat. Gadis itu mengenakan kaus berwarna ungu muda, rompi hitam dan celana jins skiny coklat. Sepertinya ia baru pulang kuliah.
“Nah, jadi sekarang kita mau mulai dari mana?” tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Um, terserah Sonsaengnim saja. Eh, maksudku noona. Ne, noona.” Ucapku dengan menekankan kata-kata noona.
Ia tersenyum. “Baiklah, kalau begitu kita mulai dari pelajaran tenses saja. Oke?”
Aku menganggukkan kepala.

Author POV.

Awalnya Min Di hanya seminggu sekali mengajari Tae Min les, namun setelah beberapa minggu frekuensinya makin meningkat. Masalahnya nilai Tae Min tetap tidak ada perubahan. Dan yang aneh, Tae Min sendiri yang mengusulkan ide itu!
Padahal dari awal ia sudah ogah-ogahan di suruh les. Tapi sekarang malah ia yang mengusulkan untuk frekuensi lesnya di tambah. Akhirnya sekarang ia les seminggu 3 kali.

“Um..bagaimana kalau jadwal lesku di tambah saja hyung?”
“MWO? Ya, kau sedang sakit ya Lee Tae Min?” tanya Jin Ki sambil memegang dahi anak itu.
“Aku serius hyung! Memang kau mau dongsaeng-mu ini tidak naik kelas?”
“Sebenarnya yang salah itu kau, apa Min Di? Bagaimana bisa kau tetap mendapat nilai rendah? Padahal sudah les.”
“Ah, tidak penting masalah itu! Ayolah hyung...kau bujuk Min Di noona untuk menambah jadwalku. Mau kan hyung?” bujuk Tae Min.
Jin Ki menatapnya tak berdaya. “Kau pikir Min Di tidak punya kesibukan lain apa? Dia kan juga harus berkuliah.”
“Kau benar-benar mau aku tidak naik kelas dan terus di marahi Appa ya hyung?”
“Anniyo...tapi...”
“Hyung...” Tae Min mulai merengek dan menunjukan wajah memelasnya.
“Hah, baiklah, nanti aku tanya Min Di.”
Tae Min langsung tersenyum dan memeluk Jin Ki. “Gomawo hyung. Kau memang hyung terbaik sedunia.”

Tae Min POV.

“Mian Ajuma, kalau nilai Tae Min masih saja rendah. Mungkin memang salahku yang kurang bisa mengajar dengan baik. Mianhe..” ucap Min Di noona pada Omma-ku.
“Sudahlah Min Di, kau tidak perlu meminta maaf seperti itu. Mungkin memang Tae Min yang nakal dan susah belajar, makanya nilainya tetap tidak ada perubahan.”
“Mianhe Ajuma...”

Lalu noona berjalan ke sofa dan duduk di depanku. Ia kelihatan sedih dan kecewa.
“Noona, kau kenapa? Kau di marahi Omma ya?”
Noona menggelengkan kepalanya. “Mian Tae Min, aku memang tidak becus mengajar, makanya nilaimu masih rendah.” Ucapnya sambil menunduk.
“Noo, noona, ini bukan salahmu kok. Ini salahku, aku memang malas dan pabo. Makanya nilaiku masih jelek.”
“Hah...aku jadi sedih dan kecewa pada diriku sendiri...”
“Noona, kalau kau sedih nanti aku jadi ikut sedih dan merasa bersalah padamu.”
Lalu noona mendongakkan kepalanya dan tersenyum manis. “Aku janji akan mengajar lebih giat lagi agar Omma-mu dan Jin Ki oppa tidak kecewa padaku.”
“Ne noona.”
“Ya, kau mau tahu satu hal tidak?”
“Mwo?”
“Kau itu orang pertama yang aku ajar tahu. Makanya aku sangat sedih saat tahu muridku tidak mengalami perubahan.”
“Mwo? Kupikir kau sudah sering mengajar noona.”
Ia tertawa. “Anni, Jin Ki oppa saja mendadak menyuruhku mengajarmu. Sebenarnya bukan dia sih yang meminta? Tapi Ki Bum, adik sepupuku. Dia yang mengenalkan aku pada Jin Ki oppa. Apa kau mengenal Ki Bum?”
“Sepertinya aku kenal? Dia teman hyung di kampus ya?”
“Ne, dia adik sepupuku.”

Mian noona, aku memang sengaja mendapat nilai jelek agar kau tetap mengajariku, agar frekuensi lesku di tambah dan aku bisa sering bertemu denganmu.
Mian noona kalau aku sudah menyusahkanmu dan membuatmu di tegur oleh Omma-ku.
Itu semua aku lakukan karena sepertinya.....

Aku menyukaimu noona. Aku mulai jatuh cinta padamu.

Kau benar-benar gadis yang baik dan ramah. Kau juga tidak pernah marah tiap kali aku tidak mengerti pelajaran yang kau ajarkan. Kau selalu menjawabnya dengan sabar.

Tapi...apa kau menyukaiku? Yang hanya seorang anak SMA kelas 3 yang nilai-nilainya rendah. Apalagi bahasa Inggris.

Min Di POV.

Aku berjalan lemas ke ruang kelasku. Teguran Lee Ajuma masih terngiang di kepalaku. Aku benar-benar merasa malu karena tidak becus mengajar Tae Min. Ah...ini semua gara-gara Ki Bum! Ia yang memaksaku mengambil pekerjaan ini! Aisshh!! Ingin kuhajar rasanya anak itu sampai babak belur!
Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. “Ya, kenapa kau lemas seperti ini?”
“Oh Kau, anni, gwenchanayo.”
“Ya, kau jangan membohongiku. Aku ini namjachingu-mu.” Ucapnya sambil menunjuk hidungku.
Aku tersenyum padanya. “Kenapa aku tidak pernah bisa berbohong padamu?”
“Karena kau memang sangat buruk kalau berbohong.”
“Ya!...”
Ia tersenyum padaku lagi dan merangkul pundakku. “Kkaja.”
“Mwo? Kemana?”
“Tentu saja ke kelas. Memang kau tidak mau masuk?”
“Iya aku tahu, lalu kau? Memang kau sekelas denganku?”
“Ya kau sudah lupa ingatan ya? kan mata kuliah kali ini aku sekelas denganmu Min Di. Tunggu, jangan-jangan kau lupa ingatan karena terlalu sering mengajar les ya? Ya, apa kau ingat namaku?”
“Jangan bercanda. Sama sekali tidak lucu tahu!”
“Ayo jawab. Siapa namaku?”
Aku tersenyum dan menghela nafas. “Min Ho! Choi Min Ho! Kau pikir aku sudah gila apa sampai lupa nama namjachingu-ku sendiri?”
“Lalu, sudah berapa lama kita berpacaran? Kapan kita pertama kali bertemu? Kapan tanggal ulang tahunku?”
“1 tahun. Saat kau datang ke rumah Ki Bum dan aku sedang ada di sana. 9 Desember. Puas kau!”
Min Ho tersenyum padaku dan mengelus kepalaku. “Bagus, ternyata kau masih ingat aku.”
“Ya Min Ho kau pikir aku sudah gila apa?”
“Habis kau sampai lupa kalau mata kuliah kali ini kita sekelas. Padahal kan sudah hampir 3 bulan kita sekelas.”
“Iya, iya aku minta maaf.”
“Hah, sepertinya kau benar-benar terlalu sibuk sampai bisa lupa seperti itu. Bahkan sekarang kita jarang pulang bersama.”
“Mianhe Min Ho...ini semua gara-gara Ki Bum sial itu!”
Tanpa terasa kami berdua sudah sampai depan ruang kelas. Lalu kami duduk bersebelahan di barisan ke tiga.

Saat kelas usai aku dan Min Ho berniat makan bersama di kantin.
“Min Ho, kau mau temani aku tidak?”
“Kemana?”
“Jalan-jalan. Sudah lama kan kita tidak jalan-jalan? Aku sedang suntuk.”
“Memang kau tidak mengajar les?”
“Anni. Aku hari ini libur. Kan aku hanya mengajar 3 kali seminggu.”
“Um...baiklah. Ya, kau ini hebat juga ya? bisa menjadi guru les privat. Aku saja belum bisa menghasilkan uang sendiri.”
“Iya, tapi anak yang aku ajar nilanya tidak berubah sama sekali.” Ucapku pelan.
“Mwo?”
“Ne, bahkan ibunya sampai menegurku kemarin. Ah...aku malu sekali Min Ho...”
“Oh...jadi kau seperti ini karena hal itu ternyata?”
“Memang aku kenapa?”
“Kau seperti bunga yang sudah setahun tidak di siram dan tidak melihat matahari. Layu dan kusam.”
“Benarkah?”
“Ne.”
“Lalu siapa matahari dan airnya?”
“Pabo, tentu saja aku. Choi Min Ho. Namjachingu-mu.”
“Apa maksudmu?”
“Kalau kau melihatku mood-mu langsung baik lagi kan? bahkan dalam keadaan terburuk pun tiap kali bertemu aku kau pasti tersenyum. Walaupun di paksa.”
Aku tertawa dan memukul lengannya pelan. “Pabo kau! Bagaimana aku tidak tersenyum kalau melihat wajahmu yang manis itu.”
Lalu kami berdua tertawa.

“Min Di, kita kan sudah berpacaran setahun, tapi kau belum pernah mengajariku. Malah mengajari adiknya Jin Ki hyung.”
“Lalu kenapa?”
“Kenapa kau tidak menjadi guru lesku juga?”
“Mwo? Ya, bahasa Inggris-mu kan juga lumayan lancar, untuk apa aku ajari?”
“Aku tidak mau di ajar bahasa Inggris.”
“Lalu apa?”
“Um...” ia mendekat ke arah wajahku dan membisikkan sesuatu di telingaku. “Ajari aku tentang sarang (cinta)...” bisiknya.
Aku langsung bergidik karena merasakan hembusan nafasnya di telinga dan leherku. Suaranya yang berat dan dalam. Dan beberapa helai rambutnya yang menyentuh kupingku. Jantungku langsung berdetak cepat. Aku yakin pipiku pasti memerah karena malu. Dan Min Ho pasti mengetawaiku habis-habisan.
“Bagaimana? Kau mau mengajariku kan ‘Sonsaengnim’?” ucapnya sambil menekankan kata-kata Sonsaengnim.
“Ya, anak yang aku ajar saja memanggilku noona! Aku benci di panggil Sonsaengnim!”
“Wae?”
“Aku seolah sudah tua dan ibu-ibu. Padahal kan aku masih 20 tahun.”
Min Ho malah tertawa. “Min Di, Min Di, kau ini ada-ada saja.”
Aku mengerucutkan bibir dan menggembungkan pipiku.


Tae Min POV.

“Tae Min, pokoknya nilai ujianmu kali ini harus bagus ya? Kalau tidak aku bisa di pecat oleh Omma dan Appa-mu.”
“Mwo? Noo, noona serius?”
“Ne. Kau memang tega padaku?” tanyanya memelas.
“Ne, noona aku akan belajar dengan giat.”

to be continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar