Hello, SHINee World in here~~ ^o^

Sabtu, 08 Mei 2010

Please Call Me ‘Jagiya’ (One Shot FF)

annyong chingu~~~i`m back! *sarap!*
mian ya kalo kali ini FF gw superduper geje abis....
authornya lagi rada2 pas bkin nya..jd jadilah FF absurd ini!!
semoga kalian semua suka & jangan muntah2 ya pas selesai baca..(apalagi yg bukan shawol & kaga suka ma MINHO, soalnya authornya kali ini rada2 narsis.....)
jeongmal gamshamannida...*bow*

Cast :

Kim Min Di
Choi Min Ho


Author POV.

“Hhhmmpptt....aku bosan...”
“Na do.”
“Lalu?”
“Apanya?”
“Ya cara menghilangkan kebosanan kita, memang apalagi?”
“Hmm...” Min Ho berpikir sejenak sambil meletakkan tangan di dagunya. “Oh iya! Aku ada ide!”
“Apa?” tanya Min Di bersemangat.
“Bagaimana kalau kita bermain?”
“Main? Main apa? memangnya kita anak kecil apa?”
Min Ho tertawa dan mengelus kepala gadis yang meletakkan kepalanya di pundaknya itu. “Um...truth or dare. Bagaimana?”
“Mwo? Ah aku bosan permainan seperti itu...” ucap Min Di sambil menggembungkan pipinya.
“Lalu kau mau main apalagi memangnya?”
“Ah! Aku ada ide!” ucap Min Di semangat.
“Mwo?”
“Kita suit, yang kalah di hukum. Bagaimana?”
“Um..boleh juga, hukumannya apa?”
“Um....di cubit! Setuju?”
“Setuju.”

Akhirnya mereka berdua bermain suit. Dari 10 kali suit Min Di baru menang 2 kali. Sisanya ia terus-terusan di kalahkan Min Ho. Pria itu puas tiap kali melihat yeojachingu-nya kalah, Min Di langsung memasang wajah sedih dan kesal. Wajahnya sudah jadi korban dari cubitan Min Ho. Dari pipi, hidung sampai kuping.



Akhirnya pada kali yang kesebelas Min Ho menang lagi. Ia mulai bosan melakukan itu pada yeojachingu-nya. Ia kasihan juga padanya karena sudah berkali-kali di cubit.
“Aaah~~~kenapa sih kau terus yang menang....sial sekali sih aku...” gerutu Min Di.
Min Ho tertawa melihatnya. “Kan kau sendiri yang mengusulkan permainan ini.”
“Ne, ne aku yang salah....Huh...sudah cepat cubit aku.” Ucap Min Di sambil menyodorkan pipinya.
Min Ho malah menepuk pipi Min Di pelan. “Aku bosan, sudah berkali-kali aku mencubit pipimu. Bisa-bisa pipimu bengkak nanti aku cubiti terus.”
“Benarkah? Hah...kau memang baik, berati aku tidak akan mendapat hukuman kan?” ucap Min Di girang.
“Tentu saja tidak. Kalau begitu sih curang namanya!”
“Aigo Min Ho-ah...lalu maksudmu apa?”
“Um...kita ganti hukuman.”
“Mwo?”
“Um....panggil aku ja.gi.ya. cepat.”
“Ya Min Ho....”
“Ayo cepat, atau kalau tidak aku akan menggelitikimu.”
“Min Ho~~~”
“Min Di, cepat, hanya panggil aku jagiya saja apa susahnya sih? Aku ini namjachingu-mu. Sudah setahun lebih kita berpacaran, tapi kau belum pernah memanggilku jagiya. Bahkan di saat aku ulang tahun atau valentine.”
“Huh...memang penting ya?”
Min Ho hanya mengangguk.


Min Ho POV.



Aku dan Min Di sudah berhubungan sejak setahun yang lalu. Sebenarnya lebih dari setahun sih. Sebenarnya kami berdua itu mempunyai banyak perbedaan, tapi perbedaan itu yang membuat kami berdua saling menghargai dan awet sampai sekarang.
Aku sangat pendiam, sedangkan Min Di sangat cerewet, aku suka olahraga Min Di tidak, aku suka anjing Min Di tidak, aku sangat romantis Min Di kurang.
Makanya kali ini aku memintanya memanggilku jagiya. Karena ia kurang romantis makanya ia belum pernah memanggilku dengan sebutan jagiya. Seperti pasangan-pasangan yang lainnya.
Bukannya iri atau apa, tapi aku hanya ingin mendengar itu saja dari mulut yeojachingu-ku. Dari mulut gadis yang paling aku sayangi itu.
Alasan kenapa Min Di tidak pernah memanggilku dengan sebutan jagiya adalah, menurutnya kalau kita berhubungan yang penting itu hati dan perbuatan, bukan hanya kata-kata saja. Cukup kita bedua saja yang tahu kalau kita berdua memang saling mencintai. Orang lain tidak perlu tahu, makanya ia tidak pernah memanggilku jagiya.
Gadis yang aneh. Tapi entah kenapa malah aku memilihnya untuk menjadi yeojachingu-ku. Artinya aku juga sama aneh dengannya dong?

Aku melihat gadis itu menghela nafasnya.
“Kkaja, pali.”
“Ya....”
“Pali!”
“Jagiya!” ucap Min Di cepat.
“M, mwo? Aku tidak dengar?”
“Aigo...kau mau mempermainkanku ya?”
“Ya, aku benar-benar tidak dengar. Kau bicara cepat sekali sih! Ayo ulangi.”
“Aigo Choi Min Ho, kau sengaja kan?”
“Ya, sudah cepat. Atau kau benar-benar aku kelitiki ya?”
“Anniyo!!”
“Ya sudah cepat ulangi.”
“Jagiya.” Kali ini lebih pelan dari tadi, tapi masih cepat.
“Ya, kau ini sebenarnya mencintaiku tidak sih? Masa cuma bilang jagiya saja susahnya setengah mati, seperti aku suruh menelan batu saja! Tinggal bilang ‘saranghae Choi Min Ho jagiya’ begitu saja sulit. Ayo ulangi ucapanku tadi.”
“Ya....”
“Ya, cepat!”
“Min Ho~~~~”
“Cepat!”
Ia memajukan bibirnya.
“Oh...ternyata kau memang mau cara kedua ya.” Aku berjalan ke arahnya dan merangkulnya dari belakang lalu mulai menggelitiki pinggangnya.
Min Di mulai meronta dan menggeliat-geliat karena kegelian. “Ya, ya lepaskan aku~~~ah..kau licik sekali sih...ya...” ucapnya sambil tertawa akibat kegelian.
“Anniyo, sampai kau panggil aku jagiya baru akan aku lepaskan.
“Ne, ne, ne...Saranghae Choi Min Ho jagiya! Puas kau?”
“Um...belum, ulang sekali lagi.”
“Ya...”
“Ayo, ulangi.
“SARANGHAE CHOI MIN HO JAGIYA!” kali ini ia sampai berteriak mengucapkannya.
Akupun melepasnya dan berhenti menggelitikinya. Lalu tersenyum. “Sarangahe do jagiya.” Lalu aku mencium pipinya.
Saat aku lihat di ujung matanya terdapat air mata. “Aigo...kau menangis ya?”
“Iya! Karena kau menggelitiki aku tahu! Kau kan tahu aku paling lemah kalau di kelitiki...”
“Aigo, mianhe jagiya...aku tidak sengaja.” Ucapku sambil memegang kedua pipinya dan menghapus air matanya.
“Tega kau.”
“Mianhe, kau ini masa begitu saja marah sih.”
“Min Ho jelek!”
“Ya, kalau aku jelek mana mau kau denganku? Ya kan?”
Ia tersenyum mendengar kata-kataku. “Pabo.”
Aku mengacak rambutnya dan menariknya kepelukanku.


Min Di POV.

Dasar pria aneh! Kadang malah menyebalkan. Tapi anehnya aku sudah setahun lebih bersamanya. Walaupun sudah banyak halangan tapi untungnya kami berdua masih bisa menjalani hubungan ini. Aku benar-benar sangat mencintainya. Lebih dari apapun. Tapi aku memang tidak pernah memanggilnya jagiya. Menurutku itu tidak terlalu penting. Yang penting kan apa yang aku lakukan padanya.
Aku selalu bersikap baik padanya. Aku tidak pernah menolak ajakannya. Tiap kali ia mengajakku menemaninya bermain sepak bola aku selalu mau, walaupun aku kadang sampai bosan menemaninya. Tapi aku tidak pernah mengeluh di depannya.

“Pabo, pabo, Choi Min Ho pabo.” Ucapku sambil bersenandung.
Ia hanya tersenyum saja mendengarnya.
“Sudah senang kan aku panggil jagiya?”
“Ne.”“Baguslah kalau begitu.” Ucapku sambil meneguk minuman soda.
Ia tersenyum melihatku.
“Waeyo?” tanyaku.
Lalu ia maju dan mengusap pinggir bibirku. “Dasar, minum saja masih tidak becus.”
Aku hanya mengerucutkan bibirku. “Gomawoyo....jagiya...” ucapku pelan pada kata terakhir.
Min Ho membulatkan matanya. “M, mwo? Kau bilang apa tadi?”
“Gomawo.”
“Anni! Setelah itu.”
“Jagiya...” ucapku pelan sambil tertunduk.
Min Ho tertawa dan menarikku ke pelukannya lagi. “Chonmaneyo jagiya. Saranghaeyo.”
“Ne, aku tahu kok. Aku juga mencintaimu. Saranghae jagiya.”
“Kenapa tidak dari dulu sih kau bersikap seperti ini?”
“Um...tidak apa-apa. Tapi kalau kau memang senang, aku akan memanggilmu jagiya terus.”
“Jinjja?”
Aku menganggukkan kepalaku.
“Hah....aku makin mencintaimu.”
“Jagiyajagiyajagiya....”
Lalu ia mencium pipiku lagi. Aku sampai menutup sebelah mataku. Lalu aku melakukan hal yang sama padanya. “Saranghae, yongwonhi.”

FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar