Hello, SHINee World in here~~ ^o^

Kamis, 20 Mei 2010

Please Don`t Go (oneshot FF)

Main Cast : Kim Min Di and Choi Min Ho
Other Cast : Park Hye Ae, Lee Jin Ki and Kim Ki Bum


“MIN HO...BANGUN...KUMOHON BANGUN....” tangis gadis itu.
“Min Di ayolah mengerti semua ini...ia sudah pergi...”
“ANNI!! IA TIDAK BOLEH MENINGGALKANKU! IA SUDAH BERJANJI PADAKU AKAN SELALU BERSAMAKU...AKU TIDAK MAU IA MENINGGALKANKU...”
“Kim Min Di ayolah, kau jangan menyakiti dirimu sendiri seperti ini.”
“Min Ho....Min Ho....jebal....” rengeknya.

Min Di menangisi kepergian kekasihnya, Min Ho. Ia tidak mau berhenti memanggil namanya dan mengguncang-guncangkan tubuhnya yang sudah kaku dan pucat.
Min Di terus menangis melihat wajah kekasihnya yang sudah pucat pasi itu. Ia masih tidak percaya kalau kekasihnya itu akan meninggalkannya secepat ini. Ia tidak bisa menerima itu semua.
Semua orang tidak ada yang bisa menahan Min Di, bahkan Jin Ki dan Hye Ae juga tidak bisa menahan Min Di. Ia benar-benar terpukul dengan kejadian ini. Ini bagaikan petir di siang bolong baginya. Padahal semalam ia masih berbicara dengan kekasihnya itu di telepon, tapi pagi tadi ia di beritahu oleh Jin Ki kalau Min Ho mengalami kecelakaan dan nyawanya tidak bisa di tolong lagi.

“Min Ho jebal....jangan tinggalkan aku....”

BRUK
Min Di langsung terjatuh di lantai karena terlalu syok dan sedih.

Saat membuka matanya ia sudah berbaring di ranjang rumah sakit. Di hadapannya sudah terdapat Hye Ae dan Jin Ki yang tampak khawatir.
“Min Di, syukurlah kau sudah sadar.” Ucap Hye Ae lega.
“Min Ho...mana dia...aku mau bertemu dengannya....” pinta Min Di lemah.
“Min Di kumohon kau bisa menerima ini semua. Min Ho sudah meninggal, ia sudah meninggalkan kita semua.” Ucap Jin Ki bijak.
“ANNI! Ia belum mati! Ia hanya tertidur saja, ia tidak mungkin meninggalkanku! Kau pasti membohongiku kan?”
“Untuk apa aku membohongimu? Tidak ada gunanya! Kau pikir hanya kau yang sedih? Semuanya juga sedih, semua juga tidak bisa menerima kenyataan ini. Tapi ini memang kenyataan. Kalau Min Ho sudah meninggal! Dan ia tidak akan hidup lagi!”
“OPPA!! Berhenti berkata seperti itu!”
“Oppa...” ucap Hye Ae pada namjachingu-nya pelan sambil menggenggam tangannya.
Lalu ibu Min Di pun datang dan langsung menghampiri anaknya.
“Min Di..”
“Omma....Min Ho, Omma...Min Ho....” rengeknya di pelukan ibunya.
“Ssstt...kau jangan menangis lagi ya, mungkin ini memang sudah takdir. Kau jangan bersedih lagi ya.”
“Tapi Min Ho berjanji padaku kalau bulan depan ia akan menikahiku...ia mau melamarku Omma...”
“Kau sabar ya nak.”
Min Di makin meluapkan semua emosinya di depan ibunya. Air matanya makin membanjiri baju ibunya.
Hye Ae dan Jin Ki memilih untuk keluar kamar.
Jin Ki menghela nafasnya berat. Hye Ae memandangnya lembut.
“Aku tidak menyangka kalau ia akan pergi secepat ini.” Ucap Jin Ki.
“Ne, Min Di pasti hancur sekali. Kasihan dia.”
Lalu Jin Ki merangkul Hye Ae lembut.

3 hari kemudian.

“Min Di ayo makan dulu, kau belum makan dari kemarin.” Ucap Ibu Min Di sambil mengelus rambut anaknya.
“Andwe, aku tidak mau makan.” Ucap Min Di sambil menatap ke depan. Tatapannya kosong dan menyiratkan kesedihan yang mendalam.
“Kalu kau tidak mau makan kau nanti akan sakit, apa kau mau membuat Omma khawatir?”
“Biar, biar saja aku sakit. Aku mau mati saja. Untuk apa aku hidup, Min Ho sudah meninggalkanku. Tak ada gunanya lagi aku hidup.”
“Min Di, kau tega meninggalkan Omma sendiri? Kau tidak kasihan pada Omma?”
“Aku tidak sanggup hidup sendiri Omma, aku mau menyusul Min Ho saja.”
“Kim Min Di, jangan bersikap bodoh. Kau harus sadar kalau tanpa Min Ho kau masih bisa menjalani hidupmu, kau masih memiliki yang lain, Omma, Hye Ae, Jin Ki, kau juga masih ingin meraih cita-citamu kan menjadi seorang penulis?”
“Semuanya sudah hancur. Impianku sudah hancur. Aku tidak mau apa-apalagi sekarang. Yang aku mau hanya bertemu dengan Min Ho.”

Ibu Min Di sudah tidak bisa membujuk anak satu-satunya itu. Akhirnya ia meminta bantuan Hye Ae, sahabat Min Di sejak lama.
15 menit kemudian Hye Ae sampai di rumah Min Di dengan Jin Ki.

“Min Di, ibumu bilang kau tidak mau makan ya? Kenapa?”
“Aku mau mati saja. Aku mau menyusul Min Ho.” Jawabnya datar.
“Kau gila ya Kim Min Di!” ujar Jin Ki.
Min Di langsung menatapnya sinis.
“Ya, sadar, hidupmu masih harus terus berjalan, kau pikir kalau Min Ho mati hidupmu akan hancur? Dia bukan segala-galanya, aku tahu kau sangat mencintainya tapi tidak seperti ini.”
“Coba kalau ini terjadi padamu, apa kau tidak akan hancur? Apa kau tidak merasa ingin mati saja? Aku benar-benar sedih Oppa, aku sudah tidak sanggup menahan kesedihanku ini. Aku tidak tahu harus berbuat apalagi. Di otakku hanya ada Min Ho. Aku sangat mencintainya, tapi tiba-tiba ia meninggalkanku untuk selamanya. Apa kau bisa mengerti perasaanku?” air mata Min Di pun mengalir di pipi putihnya.
Hye Ae mengelus punggungnya. “Aku tahu kau sangat mencintai Min Ho, tapi kalau seperti ini namanya kau menyakiti dirimu sendiri. Lagipula kalau Min Ho melihatmu ia pasti sangat sedih. Ia pasti sedih melihat yeojachingu-nya menyakiti dirinya sendiri. Apa kau tidak kasihan padanya? Pada Omma-mu juga?”
Tangisan Min Di makin menjadi. Ia makin mengingat namjachingu-nya itu. Wajahnya, senyumnya, suaranya, tawanya, kebaikannya, perhatiannya, segalanya, segala hal yang membuat Min Di sangat mencintai pria itu.


Sudah hampir sebulan lewat sejak kematian Min Ho. Min Di masih terpuruk dan tidak bisa menerima semuanya. Ia masih tidak mau keluar kamarnya. Keadaanya sangat memprihatinkan. Ia bagai mayat hidup.
Wajahnya pucat dan lemas, bibir pinknya menjadi kering dan pucat, tubuhnya pun makin kurus, matanya makin menyipit dan bengkak akibat terus-terusan menangis.
Tidak ada satu orangpun yang berhasil membujuknya untuk menjalani hidup dengan normal lagi. Ia tetap tidak bisa melupakan Min Ho.
Bahkan Sudah beberapa kali Min Di mencoba bunuh diri. Tapi untungnya selalu gagal dan selalu di pergoki. Ia sudah mencoba berbagai cara. Dari ingin menyayat urat nadinya, minum racun, dan lain-lain. Tapi Tuhan masih menyanyanginya dan masih mengijinkanya hidup.

+++

Flash back.

“Min Ho, kau janji kan tidak akan meninggalkanku sendiri?”
“Aku janji. Aku akan selalu bersamamu sampai kapanpun. Bahkan sampai aku matipun aku akan selalu bersamamu.”
“Janji?”
“Ne.”
Lalu mereka berdua tersenyum sambil mengaitkan kelingking mereka.

End of flash back.

+++

“Min Ho...Min Ho...kau dimana? Aku takut...aku sendirian...” teriak Min Di sambil celingak-celinguk di padang rumput luas itu sambil memegangi gaun panjangnya yang berwarna putih bersih.
Saat berlari mencari namjachingu-nya lalu ia melihat sosok orang yang ia cari. Ia mengenakan baju putih-putih dan tersenyum pada yeojachingu-nya itu. Min Di langsung berlari ke arahnya dan memeluknya.


“Kau dari mana. Aku takut.”
Min Ho tersenyum manis dan mengelus rambut Min Di lembut. “Mian jagiya, aku harus pergi.”
“Kau sudah janji tidak akan meninggalkanku. Kenapa kau membohongiku?”
“Aku memang janji tidak akan meninggalkanmu, tapi kita memang harus berpisah kali ini. Aku yakin suatu saat nanti pasti kita bisa bertemu lagi. Aku janji.”
“Aku tidak mau! Aku tidak mau berpisah denganmu...”
“Saranghaeyo jagiya...”
Lalu Min Ho makin menjauh darinya, seolah ia di tarik oleh cahaya putih di belakangnya yang menyilaukan mata. Min Di masih menggenggam tangannya, saat kekasihnya makin menjauh ia mulai menangis dan terus memanggil namanya.
“Min Ho...Min Ho....kumohon kembali...”

“Min Ho!” pekik Min Di sambil terbangun dari tempat tidurnya. Ia memegangi kepalanya. “Ah...ternyata hanya mimpi. Aku sangat merindukannya, aku menginginkannya...”
Min Di menatap ke langit di luar dari jendela kamarnya. “Min Ho, apa kau juga merindukanku? Apa kau merasa hal yang sama denganku? Aku sangat meridukanmu, aku menginginkanmu....” lalu ia mengambil pigura yang terdapat foto wajahnya dan Min Ho yang sedang tersenyum bahagia. Lalu ia memeluk foto itu dan menangisinya.

+++

Hari itu Min Di berniat pergi ke makam Min Ho. Tadinya ia ingin meminta Hye Ae untuk menemaninya, namun saat ia ingat kalau sahabatnya itu harus bekerja, ia tidak jadi meminta bantuannya. Akhirnya Min Di pergi sendiri ke makam namjachingu-nya itu.

Saat ingin menyebrang jalan, ia tidak memperhatikan kalau di depannya ada sebuah mobil yang melaju dengan cepat. Akhirnya ia tertabrak dengan mobil itu.
Bunga di tangannya berhambur kemana-mana. Min Di tergeletak di tengah jalan, baju putihnya penuh berlumuran darah.
Pria yang mengendarai mobil itu langsung turun dan melihat keadaan orang yang ia tabrak, lalu tanpa basa-basi ia langsung membawa gadis itu ke rumah sakit.
Min Di langsung masuk ke ruang operasi begitu sampai di rumah sakit. Setengah jam kemudian Omma-nya, Hye Ae dan Jin Ki datang ke rumah sakit.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Omma Min Di panik.
“Mianhamnida Ajuma. Aku tidak sengaja menabraknya, aku, aku...” ucap pria itu sambil membungkuk.
Hye Ae mulai terisak, Jin Ki merangkulnya ke pelukannya. “Kau kenapa jagiya?”
“Min Di...Min Di..aku takut ia kenapa-kenapa...kejadian ini sama persis dengan saat Min Ho meninggal....”
“Shsshh...kau jangan berpikir seperti itu, lebih baik kita berdoa saja agar Min Di bisa selamat.”

Sudah satu jam mereka menunggu di depan ruang operasi itu. Omma Min Di duduk bersebelahan dengan Hye Ae. Jin Ki menghampiri pria yang mengantar sekaligus menabrak Min Di tadi. Ia duduk di sebelahnya.
“Sebenarnya, bagaimana kau bisa menabraknya? Bagaimana kejadian itu bisa terjadi?”
“Hah? aku, aku tadi memang sedang mengebut, sampai-sampai aku tidak tahu kalau ada seorang gadis yang sedang menyebrang. Mianhamnida, aku benar-benar tidak sengaja.”
Jin Ki menepuk pundaknya. “Sudahlah, tidak ada gunanya kau merasa bersalah dan terus meminta maaf. Oh iya, siapa namamu?”
“Oh, naneun Ki Bum imnida. Kim Ki Bum.”
“Aku Jin Ki, Lee Jin Ki. Aku sahabatnya Min Di, sedangkan gadis itu adalah Park Hye Ae, ia yeojachingu-ku, sahabat Min Di juga.”
“Um...mian, apa aku boleh bertanya sesuatu?”
“Mwo?”
“Um...tadi aku bertemu gadis itu di dekat pemakaman. Sebenarnya ia mau kemana? Apa ia mau kemakam seseorang?”
“Sepertinya iya. Mungkin ia ingin ke makam namjachingu-nya. Dua bulan yang lalu ia di tinggal pergi kekasihnya, dan ia sangat terpuruk dengan kejadian itu.”
Ki Bum langsung membulat mulutnya. Ia makin merasa bersalah.

Dokter keluar dari ruang operasi itu. Omma Min Di, Hye Ae, Jin Ki dan bahkan Ki Bum langsung menyerbunya.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Jin Ki.
Dokter itu menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. “Mianhamnida, kami sudah berusaha, tapi...ia kehabisan banyak darah, jadi....”
Omma Min Di langsung jatuh ke lantai sambil menangis. Hye Ae juga ikut menangis dan memeluknya. Jin Ki hanya bisa terdiam saja, Ki Bum langsung terlihat syok berat dan mematung.
“Mi, mian...mian aku, aku sudah....” ucap Ki Bum terbata. Aku sudah membunuh seorang gadis...batinnya.
Hye Ae memeluk Jin Ki sambil menangis, Jin Ki hanya mengelus rambutnya. “Akhirnya ia mendapat keinginannya, akhirnya ia bisa bertemu dengan Min Ho.” Ucap Jin Ki.
“Oppa tapi....”
“Percayalah kalau ia pasti sudah bahagia. Akhirnya ia bisa bersatu dengan Min Ho lagi. Walaupun caranya seperti ini.”

+++

Saat tergeletak di tanah setelah di tabrak, Min Di melihat bayangan Min Ho yang tersenyum dan mengulurkan tangan padanya. Ia memakai baju yang sama persis dengan mimpinya waktu itu. Gadis itu langsung tersenyum menatapnya lalu ia ikut pergi bersamanya.
Akhirnya ia bisa bersama dengan orang yang paling ia cintai itu. Akhirnya mereka bisa bersatu lagi. Mereka bisa melaksanakan janji yang mereka ucapkan waktu itu.

FIN

an:mian ya buat para Flames ma Keylock..jangan bantai saya..hiks..hiks.. *author takut*

maap ya saya bikin Min Ho mati..*padahal authornya juga ga rela..i really2 love him very much..*

maap juga saya bikin Key jd pembunuh..*Key baek kok sebenanrnya..dy ga sengaja nabrak Min Di..*

sekali lagi maap ya kalo FF nya bikin kesel..saya cuma pengen bikin FF sedih ajah..

jeongmal mianhamnida...*bow*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar