Hello, SHINee World in here~~ ^o^

Jumat, 28 Mei 2010

Because Of You (part 2-end)


Main Cast : Kim Min Di & Choi Min Ho
Other cast : Lee Jin Ki, Kim Ki Bum, Kim Jong Hyun, Lee Tae Min


Min Di POV.

Aku sedang kacau dan kalut. Entahlah kenapa. Tapi perasaanku benar-benar kacau. Otakku serasa kosong tidak berisi. Akhirnya aku hanya bisa terdiam dan bengong saja.
Lalu aku merasa dorongan kuat dari arah bawah dan tubuhku serasa melayang. Saat aku membuka mataku di depanku sudah terdapat wajah Min Ho. Hanya berjarak beberapa centi saja dari wajahku.
“Kau gila ya Kim Min Di? Kenapa kau malah bengong dan sampai bisa terjatuh seperti ini!” ucapnya sedikit ketus.
Aku hanya menatapnya dengan jantung yang berdegup kencang.
“Ya, kau kenapa? Sampai kapan kau mau seperti ini. Kau pikir tubuhmu ringan apa?”
Aku yang sadar dengan ucapannya langsung berdiri dan lari ke kamar kecil.
Aku menarik nafasku panjang. Jantungku masih berdegup, pipiku kurasakan panas. Aku memengangi dadaku.
“Omo...apa ia mendengarnya? Apa ia merasakan detakkan jantungku? Pabo kau Kim Min Di....”
Baru sekali aku sedekat itu dengannya. Ia benar-benar tampan....aku hampir gila di buatnya. Pantas saja aku sangat menyukainya. Di lihat dari jauh saja ia sudah tampan, apalagi dengan jarak sedekat itu?

Aigo....aku mau pingsan rasanya.

Saat keluar kamar kecil, di dapur aku melihatnya sedang membuatkan susu. Ternyata untuk Eun Seok dan berdiri di sebelahnya.
Aku hanya terpaku melihatnya. Ki Bum benar, ia memang sosok seorang Appa yang baik. Dan sempurna.

Ia melirik ke arahku, lalu aku memalingkan tatapanku. Aku melihat ia menggelengkan kepalanya.
Aku berjalan ke arahnya dan berdiri di sampingnya.
“Um....gomawoyo Min Ho, sudah menolongku.”
“Gwenchana. Tapi lain kali kau jangan seperti itu lagi. Itu sangat berbahaya.”
“Mwo?”
“Ne, bukan hanya untukmu, tapi untuk anak-anak dan untuk orang lain.”
“Apa maksudmu untuk anak-anak dan orang lain? Orang lain siapa yang kau maksud?”
“Ya tentu saja aku! Memangnya siapa lagi?”
“M, mwo?” aku makin tidak mengerti omongannya.
“Huh, kau benar-benar pabo ya Min Di. Kalau kau bersikap seperti tadi lagi kan harus ada orang yang menolongmu. Dan untungnya tadi ada aku, kalau tidak kau pasti sudah terjatuh ke lantai dan kepalamu terbentur. Kau tahu kalau kau menyusahkanku? Kalau sampai itu terjadi Jin Ki hyung akan menyangka kalau aku yang membuatmu seperti itu, lalu ia akan memarahiku dan memecatku.” Ucapnya panjang lebar.
Aku hanya terdiam mendengarkannya. Baru sekali aku melihatnya bicara sepanjang ini.

Aku menatap tangannya yang sedang membuatkan susu untuk Eun Seok. Lalu aku menarik botol susu itu dari tangannya.
“Sini biar aku saja yang membuatnya.”
Karena terlalu kasar aku tarik, susu di dalam botol yang belum di tutup itu tertumpah mengenai tangannya.
“Ya!” pekiknya sambil mengusap tangannya.
Aku terkejut dan menaruh botol itu di meja dan menarik tangannya. “Mi, mianhe...aku tidak sengaja.” Aku meniupi tanganya yang merah akibat kepanasan.
“Sudah awas!” Ucapnya kasar sambil menarik tangannya.
“Aku benar-benar tidak sengaja. Maafkan aku...”
Lalu aku berlari ke kamar mandi dan mengambil pasta gigi.
“Pakai ini, nanti lukamu akan sembuh.”
Aku mengoleskan pasta gigi itu di tangan Min Ho yang menatap kesal padaku.
“Nah, sudah, sebentar lagi tanganmu tidak akan sakit lagi.” Ucapku sambil tersenyum.
“Dasar gadis ceroboh, untung bukan Eun Seok yang terkena, kalau ia yang terkena bagaimana? Bagaimana kalau ini terjadi pada suami atau anakmu saat kau sudah menikah nanti?”
Aku langsung terbelalak saat mendengar ucapnnya. Tiba-tiba aku merasa wajahku panas kembali.
Min Ho lalu membereskan pekerjaannya dan mengajak Eun Seok kembali ke dalam.

Jin Ki oppa langsung menghampiriku sambil terenyum-senyum. “Romantis sekali.”
“Apa maksud oppa?”
“Tadi yang kau lakukan dengan Min Ho. Membuat susu berdua. Seperti sepasang suami isti saja.”
“Oppa..berhenti mengejekku.” Ucapku sambil cemberut.
“Aku sudah tahu Min Di.”
“Tahu apa?”
“Kalau kau. Menyukai Min Ho.” Ucapnya berbisik.
Mataku langsung membulat. “Ka, kau tahu darimana!”
Ia tersenyum licik. “Ki Bum. Ia bilang semuanya padaku. Kalian memang seperti sepasang suami istri tadi. Pasti kau sangat senang.”
“Oppa....”
“Ne, ne aku akan diam. Tapi sebaiknya kau jujur padanya agar ia tidak terus bersikap kasar padamu.” Ucapnya sambil mengelus rambutku.


Author POV.

“Hua...hiks...hiks...hiks...”
“Aigo...cup cup cup, tenang ya, kan aku sudah menggendongmu.”
“Huaa....”
“Ya...Tae Min, bagaimana ini? Jae Soo tidak mau berhenti menangis?”
“Aku juga tidak tahu noona, anak itu kenapa sih sebenarnya?”
“Ia pasti menginginkan Min Ho. Anak ini hanya menurut padanya.”
“Memang Min Ho hyung kemana?”
“Jong Hyun bilang ia tidak bisa masuk karena ibunya sakit. Sedangkan Ki Bum ada ujian di kampusnya. Makanya Jin Ki oppa menyuruh kalian berdua kesini untuk membantuku.”
“Lalu kita harus bagaimana noona?”
“Entahlah. Aku juga sudah pusing terus mendengarnya menangis. Kakiku juga pegal sudah sejam aku menggendongnya.”
“Ya, bagaimana kalau aku menelepon Min Ho hyung? Ya noona?”
“Ah terserah kau saja. Oh..cup cup cup..” ucap Min Di sambil menenangkan Jae Soo kembali.

20 menit kemudian Min Ho datang sambil tergesa-gesa. Ia langsung masuk dan menghampiri Min Di yang sedang menggendong Jae Soo. Saat melihat pria itu datang Jae Soo makin meraung dan mengulurkan tangan padanya.
Lalu Min Ho mengambil Jae Soo dari gendongan Min Di. Gadis itu langsung terduduk di lantai dan menyeka keringat di keningnya.
“Fyuh...” ucapnya.
“Kau keterlaluan Min Di. Masa kau tidak bisa menenangkan Jae Soo!”
“Kau kan sudah tahu kalau anak ini hanya menurut denganmu. Ia tidak pernah mau mendengarkan omonganku.”
“Ne hyung, kasihan noona, ia sudah sejam lebih menggendong Jae Soo dan menenangkannya, tapi anak itu masih saja menangis.”
Min Ho menatap Min Di tajam lalu menenangkan Jae Soo. Setelah 15 menit akhirnya Jae Soo tertidur karena kelelahan menangis.

Saat anak itu tertidur Min Ho meninggalkannya dan menuju tempat Min Di dan Tae Min.
“Ia sudah tidur hyung?” tanya Tae Min.
Min Ho hanya menganggukkan kepalanya. Lalu ia melirik ke arah Min Di. “Pabo, benar-benar pabo yeoja kau. Mata anak itu sampai merah dan bengkak karena terus menangis. Ia bahkan sampai terbatuk-batuk karena menjerit-jerit.”
Min Di mulai emosi. Ia berdiri di hadapan Min Ho. “Ya Choi Min Ho dengar ya, aku sudah muak dan bosan dengan kelakuanmu! Kenapa sih kau selalu bilang aku ini pabo yeoja! kau ini memang tidak punya perasaan ya! Sebenarnya kau punya hati tidak sih? Kenapa bisa-bisanya kau bebuat kasar pada seorang gadis sepertiku! Hah!”
Lalu Min Di pergi meninggalkan kedua pria itu. Tae Min hanya bengong menatap Min Ho yang barusan di maki-maki oleh Min Di.

Min Di berlari keluar gedung itu. Lalu ia berhenti dan duduk di bawah pohon besar di taman itu. Ia menangis di sana. Ia memeluk kedua lututnya sambil menangis, air matanya tak kunjung berhenti. Ia makin menangis dan makin merasa kesal.

Keesokan harinya.

Tae Min masuk ke ruangan itu sambil berlari. Sampai tas di punggungnya bergoyang. “Hyung, hyung. Ini, ini dari Min Di noona.” Ucapnya sambil menyerahkan surat pada Jin Ki.
“Apa ini?”
Tae Min menggeleng. “Tapi aku punya firasat buruk.” Ujarnya.
Jin Ki membuka dan membaca surat itu. Selesai membacanya ia meremas surat itu dan terlihat murka. Lalu ia menghampiri Min Ho yang sedang duduk di pojok ruangan sambil membaca buku.
“Ya Choi Min Ho, kau sudah keterlaluan!” bentaknya.
“Apa maksud hyung?”
“Kau tahu, Min Di mengundurkan diri! Ia berhenti bekerja dan semua itu karenamu!”
“Aku? Memang apa salahku?”
“Kau masih tanya apa salahmu? Kau selalu bersikap kasar dan selalu mengatai Min Di pabo! Ia sudah tidak tahan lagi dengan kelakuanmu itu!”
Ki Bum dan Jong Hyun hanya terdiam melihat Jin Ki memarahi Min Ho.
“Memang kenapa kalau ia berhenti kerja? kan masih ada aku, Ki Bum, Jong Hyun hyung dan Tae Min yang masih bisa membantu di sini.”
“Tapi kalian semua namja! Tidak ada seorang yeoja di sini! Kau tahu kalau sangat susah mencari seorang gadis yang mau bekerja di tempat ini? Mereka selalu berpikiran kalau anak kecil itu menyusahkan dan menyebalkan. Tapi Min Di tidak seperti itu. Makanya ibuku menerimanya bekerja di sini.” Ucapnya sambil melempar surat itu ke Min Ho.
Min Ho hanya terdiam akibat kaget dengan perbuatan Jin Ki padanya barusan.
Jin Ki bertolak pinggang. Ia kesal setengah mati kali ini. “Jong Hyun, antar aku ke tempat Min Di tinggal. Aku mau bicara dengannya.”
“M, mwo? Aku tidak tahu tempat tinggalnya. Tae Min yang tahu.”
“Ya sudah kalau begitu kau yang mengantarku.” Ucap Jin Ki ke Tae Min.
“M, mwo? Um...sebenarnya aku tidak tahu pasti juga di mana rumah Min Di noona, tapi aku akan menemani hyung.”
Lalu mereka berdua pergi dari tempat itu.

Setelah 2 jam mereka berdua kembali. Ki Bum langsung menghampiri mereka. “Bagaimana? Apa kalian bertemu dengan Min Di?”
Tae Min menggelengkan kepalanya.
“Teman sekamarnya bilang Min Di sudah pindah.” Jawab Jin Ki.
Ki Bum langsung merangkul Tae Min. Sedangkan Jin Ki berjalan ke mejanya. Sebelumnya ia menoleh dan menatap Min Ho. “Kau benar-benar keterlaluan. Kuharap kau tidak akan menyesal dengan kelakuanmu kali ini. Dan satu lagi, kurasa Min Di sudah salah memilih orang.”
“Maksud hyung?” tanya Min Ho.
“Ia menyukaimu. Gadis itu menyukaimu. Pria yang selalu mengatainya pabo dan selalu bersikap kasar dan dingin padanya.” Lalu Jin Ki kembali berjalan.
Min Ho hanya dapat berdiri terpaku di tempatnya. Ia kaget mendengar ucapan Jin Ki. “Ki, Ki Bum, apa benar yang di bilang hyung tadi?”
Ki Bum menganggukkan kepalanya. “Ia memang menyukaimu. Walaupun kau selalu mengatainya pabo tapi ia tidak pernah bisa membencimu.”
Min Ho tersenyum kecut. “Pabo, ia benar-benar pabo yeoja. bagaimana bisa ia menyukai pria yang selalu bersikap kasar padanya?”
“Itulah yang di namakan cinta.” Ucap Jong Hyun. “cinta memang aneh, makanya ia sampai bisa menyukaimu. Bukannya aku yang jauh lebih baik padanya.”
Ki Bum dan Tae Min menatap Jong Hyun tajam.
“Waeyo?” tanya Jong Hyun polos.


Min Ho POV.

Tidak terasa sudah lewat seminggu. Entah mengapa anehnya aku merasa sepi sejak gadis itu berhenti kerja. Aku sudah tidak punya teman bertengkar lagi sekarang. Aku dan Ki Bum juga makin bertambah kerjaan. Walaupun kadang Jong Hyun hyung dan Tae Min suka membantu kami. Mungkin anak-anak ini juga kehilangan sosok seorang ‘ibu pengganti’ mereka. Karena hanya Min Di gadis yang bekerja di tempat ini. Mereka bisa mendapat kasih sayang seorang Appa dari aku dan Ki Bum, tapi mereka hanya bisa mendapat kasih sayang seorang Omma dari Min Di. Dan sekarang gadis itu sudah berhenti bekerja.
Dan satu lagi. Kata-kata Jin Ki hyung masih berputar-putar di kepalaku.
Kalau Min Di menyukaiku, walaupun aku selalu bersikap kasar padanya.


Hari itu secara tidak sengaja aku bertemu dengan Min Di. Sontak aku langsung memanggilnya.
“Min Di!”
Lalu ia menghentikan langkahnya dan berbalik ke arahku. Saat melihatku matanya langsung membulat dan berniat melanjutkan jalannya. Lalu aku mengejarnya dan untungnya aku berhasil menangkap lengannya.
“Lepaskan aku!” bentaknya sambil mengibas tangannya.
“Anni. Aku tidak akan melepaskanmu. Untuk apa sih kau tiba-tiba berhenti kerja? apa kau tahu sejak kau berhenti keadaan di sana jadi kacau! Aku dan Ki Bum kewalahan merawat bocah-bocah itu. Apa karena aku?”
Ia langsung berhenti meronta dan menatapku.
“Aku sudah tahu semua. Apa benar kalau kau menyukaiku?”
“Ka, kau bicara apa Choi Min Ho!”
“Jawab saja pertanyaanku! dan kali ini jangan berbohong lagi.”
“Anni. Aku tidak mencintaimu! Aku sangat membencimu! Sangat sangat sangat!!!”
“Kenapa sih kau malah berbohong? Pabo dasar.”
Min Di membesarkan matanya. “YA! Kenapa sih kau masih saja senang mengataiku pabo! Hah! bagaimana bisa aku menyukaimu! Pria yang berkali-kali mengataiku pabo!”
Aku tersenyum dan melepas gengganggam tanganku. “Kau munafik dan tukang bohong. Gadis payah.”
“YA!!”
Aku tertawa melihatnya. Ia terlihat sangat marah, namun lucu dan menggemaskan, aku seolah ingin mencubit pipinya.
Min Di terlihat ingin pergi lagi. Aku langsung mencegahnya.
“Kenapa sih kau tidak pernah bilang kalau kau menyukaiku?”
“Aku tidak menyukaimu!”
“Ya, jangan bohong. Seharusnya kau mengakui itu dari dulu pabo.”
“Ne, ne, aku memang pabo! makanya aku tidak mengatakan itu padamu! Aku menyesal sudah menyukaimu!”
“Berarti kau benar menyukaiku kan?”
Ia terlihat gelagapan. “Memang apa untungnya kalau aku jujur dari dulu?”
“Hmm...siapa tahu aku bisa membalas perasaanmu itu. Jujur, sejak kau berhenti kerja aku merasa kesepian. Aku kehilangan teman bertengkar.”
“Ya!”
“Mian, tapi apa kau tidak kasihan pada anak-anak itu? Sekarang mereka sudah tidak punya sosok ibu pengganti lagi. Yang ada hanya 5 namja yang kadang mulai bosan dan frustasi tiap kali melihat anak kecil menangis di depannya. Bahkan kadang ingin ikut menangis.”
“Maksudmu? Siapa?”
“Tae Min dan Jin Ki hyung. Jadi kuharap kau mau kembali bekerja. Kasihanilah kami dan anak-anak itu. Aku janji tidak akan membuatku kesal lagi, aku juga janji tidak akan mengataimu pabo lagi. Mau ya?”
“Anniyo!”
“Waeyo? Kau itu keras kepala sekali sih!”
“Pokoknya aku tidak mau! Aku trauma dengan kejadian waktu itu! Aku trauma tiap kali melihat seorang anak menangis meronta-ronta di hadapanku!”
“Kalau nanti kita mempunyai anak bagaimana kau bisa menenangkannya? Padahal kupikir kau itu memang sosok ibu dan istri yang baik. Jadi aku bisa tenang memilihmu.”
Aku melirik gadis itu yang wajahnya di penuhi pertanyaan.
“Y, ya, apa maksudmu sebenarnya? Kenapa kau berkata seperti itu?”
“Tadinya aku mau berniat membuka hatiku untukmu. Ya siapa tahu kau bisa jadi istri dan ibu yang baik untukku dan anak-anakku nanti. Tapi ternyata kau sudah tidak menyukaiku lagi, bahkan kau trauma dengan anak kecil sekarang.”
“Min, Min Ho aku.....”
“Wae?”
“Um....sebenarnya.....aku...aku....masih menyukaimu. Sampai saat ini aku tidak pernah bisa melupakanmu.” Ucapnya malu dengan pipi yang merona.
Aku tersenyum. “Akhirnya kau jujur juga. Dasar gadis nakal.”
“Kau pikir aku anak kecil apa!”
Aku tertawa dan mengacak rambutnya. “Um...kalau begitu mulai sekarang kau resmi jadi ibu dari calon anak-anakku nanti, ya?”
“Mwo? Memang kau mau menikahiku?”
“Memang kau tidak mau menikah apa?”
“Ya maulah! Tapi nanti tidak sekarang. Kita kan masih sangat muda.”
“Siapa bilang aku mau menikahimu besok? Kan aku bilang nanti. Nanti kalau aku sudah lulus kuliah dan mendapat pekerjaan yang layak.”
Ia mengecurutkan bibirnya dan aku mencubit pipinya.
“AAWW...Sakit tahu!”
“Biar, kau kan yeojachingu-ku sekarang. Jadi aku berhak melakukan apapun padamu.”
“Jahat....” rengeknya. Aku makin tertawa melihatnya.

FIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar